Pemkot Bandung menggandeng perguruan tinggi untuk menjadi mitra strategis yang memonitor program pemberian anak ayam kepada siswa. Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati (UIN SGD) pun menawarkan diri untuk berkontribusi dan mendukung program tersebut.
UIN SGD berkolaborasi dengan Bandung Economic Empowerment Center (BEEC) mengembangkan aplikasi untuk memantau perkembangan program tersebut. Mulai dari efektivitas maupun dampak program bagi tumbuh kembang anak.
Aplikasi tersebut bisa menunjukkan sejauh mana program tersebut bisa berdampak pada sasarannya. Sekretaris Jurusan Manajemen UIN SGD Bandung, Lilis Sulastri, mengungkapkan, pihaknya telah menerjunkan 30 orang mahasiswa ke lapangan untuk memantau dan mendata perkembangan program itu ke sekolah dan ke rumah para siswa.
Memasuki pekan kelima program ini dilaksanakan, Lilis melihat ada perkembangan positif dari program tersebut. Ada dua hal yang pihaknya lakukan di lapangan untuk membantu program ini.
Pertama melihat efektivitas dari pemeliharaan ayam. Kemudian yang kedua dilihat dari sisi nilai karakter, karakter pendidikan.
Menurut Lilis, program ini bisa dikaji dari berbagai cabang keilmuan, mulai dari biologi hingga psikologi perkembangan. Program yang menurut dia menarik, karena sangat orisinal ini, bisa membuka kajian baru dalam cabang-cabang ilmu tersebut.
“Tidak hanya dari sisi karakteristik anak yang memelihara ayam tapi juga dari sisi ayam sendiri. Mungkin kaitannya dari bidang kajian keilmuan biologi, pertanian kemudian peternakan,” katanya, saat bertemu Wali Kota Bandung, Oded M. Danial, di Pendopo Kota Bandung, kemarin..
Nanti, ia pun akan melibatkan pihak lain untuk menyusun instrumen pengukuran program. Karena pelaksanaannya lintas sektor, isu ini juga bisa dimonitor dari berbagai sisi.
“Tidak hanya dengan UIN saja saya kira, nanti bisa melibatkan perguruan tinggi yang lainnya,” ujarnya.
Pada perkembangannya, UIN SGD juga tidak akan sekadar mengukur dampak program terhadap anak. Lingkungan sekitar anak pun akan menjadi objek kajian.
“Sebenarnya tidak hanya untuk anak tapi juga untuk lingkungan terdekatnya. Orang tuanya juga harus ikut mengawasi. Nanti ada indikatornya. Termasuk untuk lingkungan di sekolahnya dan teman-temannya. Karena ada juga sifatnya grouping, ada yang individual,” katanya.***
Editor: Ayi Kusmawan