Para inisiator Desa Ekowisata Halal asal UIN SGD Bandung menggandeng Bank Indonesia dan Mayarakat Ekonomi Syariah (MES) Jabar menggelar Focus Group Discussion (FGD) “Pemberdayaan Masyarakat Desa melalui Pembentukan Desa Ekowisata Halal di Indragiri”
Ketiga inisiator: Muhammad Hasanuddin, Sofian Al Hakim dan Atang Abd Hakim, tetap yakin bahwa sektor wisata merupakan sektor strategis untuk memperkuat ekonomi masyarakat, terutama yang terdampak Covid-19.
Menurut Hasanuddin, dibutuhkan komitmen kerjasama pada sejumlah lembaga yang terkait denga pengembangan Desa Ekowisata Halal Indragiri Kab Bandung. Sebab, pemberdayaan masyarakat desa melalui desa ekowisata halal dipastikan bisa menumbuhkan sumber ekonomi baru bagi masyarakat desa.
Gayung selalu bersambut, sedikitnya 21 instansi hadir dalam FGD yang digelar di Bandung, Kamis (17/09/2020) berkolaborasi mewujudkan bentuk komitmen kerjasama. Ke-21 lembaga tersebut adalah: BI KpW Jabar, UIN SGD Bandung, Disparbud Jabar.
DPRD Kabupaten Bandung, Disparbud Kabupaten Bandung, Dinas LH Kabupaten Bandung, MES Jabar, PTPN VIII, ADM Sinumbra, ASBISINDO Jabar, P2PAR ITB, TAP Jabar, Komisi Fatwa MUI Jabar, Dompet Dhuafa Jabar, Pusat Halal Salman, Kades Indragiri, Tim Saber, Baznas Kabupaten Bandung, STP Bandung, IDES Jabar, dan KPPH Indragiri.
Menurut Hasan, yang juga sebagai Ketua Program Studi Ekonomi Syariah UIN SGD Bandung, Desa Ekowisata Halal merupakan sebuah konsep praksis pemberdayaan masyarakat desa yang mengharmonisasikan nilai-nilai keberagamaan, budaya, lingkungan dan wisata.
“Konsep ini menawarkan pemberdayaan masyarakat desa sebagai locus utamanya dimana setiap manfaat yang ditimbulkan dari kegiatan wisata tersebut harus kembali kepada masyarakat,” jelasnya.
Selain itu, desa ekowisata halal juga bisa menjadi labolatorium inklusif bagi kalangan cerdik cendekia dimana ilmu pengetahuan bisa tumbuh dan berkembang di dalamnya. Oleh karena itu, diperlukan kolaborasi dan sinergitas untuk mewujudkanya, ungkap Hasan.
Pelaksanaan FGD ini sangat ketat memperhatikan protokol kesehatan dengan sistem hybrid, ofline dan online. Panitia membagikan masker dan menyediakan handzanitezer serta menjaga jarak. Hanya 15 nara sumber yang ada di dalam ruangan sedangkan nara sumber lainya menggunakan zoom meeting.[nanang sungkawa]
Discussion about this post