Assalamualaikum Wr. Wb
Puji serta syukur semoga senantiasa tercurah ke hadirat Allah Swt. Salawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada junjungan kita Rasulullah Muhammad Saw.
Saya mewakili seluruh civitas akademika FEBI UIN Sunan Gunung Djati Bandung dengan bangga dan berbahagia menyambut kehadiran para calon pembelajar dan penggerak ekonomi bangsa. Selamat bergabung menjadi bagian dari keluarga besar FEBI UIN Bandung.
Sahabat mahasiswa sekalian, saat ini saudara semua telah memasuki gerbang yang dimana saudara semua telah menjadi bagian civitas akademika. Civitas akademika adalah mereka yang menggali dan mengembangkan ilmu pengetahuan, menyampaikan ilmu yang telah didapatkan, serta mengamalkannya melalui pengabdian. Itulah yang sering disebut Tri Dharma Perguruan Tinggi
Oleh karena itu, Sebagai civitas akademika yang memiliki tanggung jawab Tri Dharma Perguruan Tinggi, sahabat sekalian harus mampu menjawab tantangan yang terjadi di tengah masyarakat.
Saya berharap mahasiswa FEBI UIN Sunan Gunung Djati Bandung mampu menjadi jawaban bagi dua permasalahan yang sering saya soroti, yakni problem “Kebangsaan” dan problem “Keberagamaan.” Kedua problem ini mengandaikan jawaban yang utuh, serius, koheren, serta sistematis dan diargumentasikan secara memadai.
Problem kebangsaan yang menjadi fokus penting mahasiswa FEBI adalah bagaimana saudara mampu hadir sebagai pembelajar dan penggerak ekonomi bangsa. Hadir sebagai solusi bagi pengentasan kemiskinan dan kesenjangan serta memicu kreatifitas di bidang ekonomi, baik skala lokal bahkan Nasional. Masalah kebangsaan tidak saja harus dipikirkan namun juga dipecahkan akar persoalannya. Problem ekonomi dalam bentuk kemiskinan, tidak adanya pemerataan, disparitas kaya dan miskin, akan bersama-sama kita pelajari dan dicarikan solusinya di FEBI. Kita membutuhkan sentuhan etika yang dijangkarkan pada akar transenden nilai-nilai keislaman. Ekonomi dikelola tidak lagi secara serampangan tapi betul betul melibatkan nilai-nilai ilahi. Jejak epifani Tuhan harus nampak dalam perilaku dan peristiwa ekonomi sehingga kehidupan kita menjadi berkah, berkeadilan dan sehat lahir batin.
Problem kedua yakni problem keberagamaan. Sebagai mahasiswa UIN, kita semua harus menepis image bahwa masyarakat Muslim tidak berdaya secara ekonomi, terbelakang, tertinggal seakan tertidur tidak mampu melawan arus kreatifitas zaman. Maka dari itu, saya berharap kepada sahabat sekalian para mahasiswa FEBI UIN Sunan Gunung Djati Bandung untuk menjadi sosok pribadi muslim yang berpotensi dan berdaya saing. Sehingga kehadiran sahabat sekalian di tengah masyarakat mampu menghadirkan gambaran bahwa masyarakat muslim adalah masyarakat yang berdaya saing tinggi, penuh etos kerja.
Keagamaan dimaksud tidak berhenti sebatas sisi ritualistk, tapi keagamaan yang terhubung dengan upaya menjawab persoalan yang menimpa dan dialami oleh masyarakat kita. Keagamaan yang membebaskan (liberasi), keagamaan yang membawa perubahan (transformasi), dan keagamaan yang menawarkan pencerahan (iluminasi). Keberagamaan yang betul-betul menjadi saluran bagi upaya membangun “khairu ummah.” Umat tebaik. Masyarakat yang berkeadaban.
Keagamaan yang ditarik dalam satu helaan nafas dengan kebangsaan. Hubbul wathan minal iman. Etika ekonomi yang menjadi spirit nasionalisme, menjadi inspirasi bagi pemerataan dan pertumbuhan pembangunan.
Maka, pesan saya, kita harus mampu membaca realitas, sehingga mampu mengelola serta membuat inovasi baru terkait hal-hal yang berkaitan dengan ekonomi Islam. Mahasiswa baru FEBI UIN Sunan Gunung Djati Bandung mampu menjadi garda terdepan yang menjawab kompleksitas problem perekonomian bangsa dan turut serta membangun Indonesia Tangguh dan Indonesia Tumbuh.
Kreativitas dan inovasi menjadi kata kunci dalam menyambut masa depan. Dan di tangan sahabat-sahabat sekalian takdir masa depan itu diletakkan. Peradaban 5.0 betul betul memaksa kita agar total mengerjakan sesuatu termasuk di dalamnya adalah belajar di bangku kuliah.
Terakhir yang ingin saya sampaikan,
Jangan hilang dari kemanusiaan kita: nalar sehat, kreatifitas dan empati.
Wallahu al-Muwafieq Ilaa Aqwaam at-Thariq
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.